Minggu, 17 Agustus 2008

MENGENAL GLAUKOMA SIPENCURI PENGLIHATAN

MENGENAL GLAUKOMA

Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak, biasanya menyerang pada usia diatas 40 tahun. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya serabut syaraf mata yang disebut saraf optik akibat tekanan bola mata yang tinggi. Dapat pula terjadi tekanan bola mata masih dalam batas normal akan tetapi terjadi kerusakan saraf optik karena saraf optiknya sendiri yang sudah lemah.

Penyebab terjadinya Glaukoma

Didalam bola mata terdapat lapisan sel yang memproduksi cairan yang disebut akuos humor. Cairan ini akan mengalir dari tempat pembentukannya ke dalam bola mata kemudian keluar dari bola mata melalui saluran kecil menuju pembuluh darah. Jika aliran keluarnya terhambat atau produksinya berlebihan , maka tekanan didalam bola mata akan meninggi dan merusak serabut saraf mata. Apabila tidak segera ditangani kerusakan yang terjadi pada saraf mata ini akan dapat menimbulkan kebutaan yang bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan lagi.

Jenis jenis Glaukoma

Pada dasarnya glaukoma dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

Glaukoma kronis (berjalan lambat).
Biasanya terjadi pada usia lanjut. Tekanan bola mata meninggi secara perlahan dan tanpa rasa sakit, sehingga penderita tidak menyadari adanya kelainan ini sampai ahirnya terjadi kebutaan akibat terjadi kerusakan saraf yang sudah tidak dapat ditolong lagi.
Glaukoma akut.
Glaukoma ini merupakan jenis terbanyak di Indonesia. Terjadi akibat adanya hambatan mendadak dari aliran cairan akuos di sudut bilik mata depan bola mata. Akibatnya tekanan didalam bola mata mendadak naik tinggi dan menyebabkan gejala sebagai berikut :
- Tajam penglihatan menurun
- Tampak pelangi bila melihat lampu
- Disekitar mata sangat sakit
- Rasa mual sampai disertai muntah
Penderita harus secepatnya mendapat pertolongan dokter spesialis mata untuk
mendapat pertolongan segera agar tidak terjadi kebutaan dan mengatasi rasa sakit
yang timbul pada serangan glaukoma ini.
Glaukoma sekunder.
Jenis Glaukoma ini terjadi karena tekanan bola mata yang meninggi akibat gangguan atau penyakit mata lainnya., seperti :
- Kecelakaan atau trauma
- Obat obatan tertentu (steroid)
- Tumor
- Reaksi Peradangan
- Adanya pembuluh darah yang tidak normal (misalnya pada penderita kencing manis)
Glaukoma kongenital
Merupakan jenis glaukoma yang jarang terjadi, terutama pada bayi atau anak anak dimana sudut bilik mata depan terbentuk tidak normal sejak lahir sehingga aliran humor akuos tidak lancar dan menyebabkan tekanan bola mata menjadi tinggi.
Biasanya orang tua akan melihat tanda tanda pada anak atau bayinya sebagai berikut:
- Bola mata yang lebih besar dari normal
- Kornea mata terlihat tidak jernih
- Takut dan banyak mengeluarkan air mata bila melihat cahaya atu sinar.
Apabila ada gejala gejala tersebut bayi anak anak harus segera dibawa kedokter mata untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Faktor resiko terjadinya glaukoma.

Tekanan bola mata yang normal adalah antara 10 mm Hg sampai 20 mmHG. Diatas 21 mmHg akan dicurigai glaukoma. Namun tekanan di atas 21 mmHg belum dapat dikatakan glaukoma, karena harus ada tanda lain yang menyertainya yaitu terdapatnya titik buta dan penggaungan saraf mata akibat tekanan didalam bola mata yang tinggi.

Adapun faktor faktor resiko terjadinya glaukoma adalah :
- Umur di atas 40 tahun
- Sulit melihat dekat
- Mempunyai keluarga yang menderita glaukoma
- Riwayat adanya trauma sebelumnya.

Dokter akan mempertimbangkan, apakah seseorang perlu diberi obat untuk glaukoma atau tidak. Bila seseorang memiliki resiko tinggi terserang glaukoma, misalnya tekanan bola mata lebih dari 21 mmHg namun tanpa disertai dengan kerusakan saraf mata, maka orang ini dapat disebut tersangka glaukoma yang harus secara teratur kontrol ke dokter spesialis mata.

Penanganan

Karena pada penderita glaukoma tajam penglihatan dapat menghilang secara perlahan lahan tanpa disadari penderitanya dan obat obat yang digunakan perlu dikontrol oleh dokter spesialis mata agar sesuai dengan kebutuhannya. Maka penderita glaukoma harus kontrol terus menerus secara teratur pada dokter spesialis mata. Perlu diketahui bahwa obat tetes mata, tablet, laser dan tindakan bedah hanya untuk mencegah kerusakan lebih lanjut akibat glaukoma. Sedangkan saraf mata yang sudah mati tidak dapat diperbaiki lagi.

Tidak ada komentar: